audiojunkies.net – Apa itu Carbon Capture yang Di singgung Lagi Gibran dalam Debat?. Di singgung dalam dua kali debat calon wakil presiden, teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Prinsipnya punya misi memangkas pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer. Masalahnya, efektifkah solusi ini?
Masalah carbon capture itu pertama kali di singgung Gibran saat debat cawapres pertama, Jumat (22/12/2023) malam.
“Bagaimana cara membuat regulasi Carbon Capture and Storage?” tanya Gibran ke cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.
Di tanya soal cara buat regulasi, Mahfud pun memaparkan soal proses penyusunan perundangan formil. Gibran pun menilai itu tak menjawab pertanyaan.
Istilah ini kembali disinggung dalam debat cawapres kedua, Minggu (21/1) malam.
CARBON CAPTURE Apa itu Carbon Capture
Awalnya, Mahfud mengaku dirinya tak akan menyampaikan pertanyaan ke Gibran yang “menjebak dan receh.” Ia pun menyinggung komitmen Presiden Jokowi, ayahnya Gibran, untuk tak mengimpor komoditas pangan pada Pilpres 2019. Nyatanya, jauh panggang dari api.
Merespons itu, Gibran pun menyindir Mahfud ngambek karena sudah menyampaikan pertanyaan yang sulit saat debat cawapres.
Sepertinya Prof Mahfud agak ngambek ya soalnya saya sudah dua kali berikan pertanyaan sulit. Carbon capture, greenflation, selalu di komenin pertanyaan receh. Ya kalau receh di jawab pak, segampang itu,” seloroh Gibran.
Mengutip situs Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Carbon Capture and Storage (CCS) merupakan “salah satu teknologi mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.”
Teknologi ini merupakan rangkaian pelaksanaan proses yang terkait satu sama lain, mulai dari pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage).
PEMISAHAN PENANGKAPAN CO2 Apa itu Carbon Capture
Pemisahan dan penangkapan CO2 di lakukan dengan teknologi absorpsi yang sudah cukup lama di kenal oleh kalangan industri. Penangkapan CO2 biasa di gunakan dalam proses produksi hidrogen baik pada skala laboratorium maupun komersial.
Penyimpanan di lakukan ke dalam lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang dapat menjadi perangkap gas hingga tidak lepas ke atmosfer. Atau dapat pula di injeksikan ke dalam laut pada kedalaman tertentu.”
Menurut International Energy Agency (IEA). Volume emisi CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil mencapai 56 persen dari total semua emisi global.
Persentase ini berasal dari sekitar 7500 instalasi besar peng-emisi. CO2 (large stationary point sources) yang mengemisikan lebih dari 1000.000 ton CO2 setiap tahunnya.
Kajian IEA juga menyimpulkan, dari jumlah tersebut, pembangkit listrik batubara (PLTU) merupakan sumber emisi utama yang mencapai lebih dari 60 persen, PLTG 11 persen, dan PLTD 7 persen. Sementara itu, industri lain menyumbang sekitar 3-7 persen.
“Dengan demikian, untuk dapat mengurangi emisi CO2 dalam jumlah besar adalah logis jika di lakukan pengendalian (penangkapan CO2) yang di hasilkan dalam gas buang dari pembangkit listrik.”
“Upaya ini tidak semudah yang di bayangkan mengingat gas buang tersebut pada umumnya memiliki karakteristik bertekanan rendah. dan konsentrasi CO2 yang rendah juga, sehingga memerlukan proses tambahan yang membutuhkan energi cukup besar untuk pemisahannya.”
Proyek gagal
Manajer Kampanye Tambang dan Energi WALHI, Fanny Tri Jambore melihat bahwa penerapan teknologi tersebut hanya memperkeruh dampak buruk dari penggunaan bahan bakar fosil sebagai penunjang pemanasan global.
“CCS/CCUS tidak lebih adalah solusi palsu dari upaya mencegah pemanasan global dan krisis iklim,” kata Fanny Tri saat di hubungi oleh CNNIndonesia.com, Sabtu (23/12).
Baca Juga: For4d